Tuesday, November 29, 2016

Sebenarnya Ini Lho Alasan Sule
Tak Ada Lagi Di Opera Van Java




























Penggemar komedi pasti tak asing lagi dengan nama Sule. lelaki yang memiliki arambut panjang dan sering di cat warna pirang memang selalu berhasil melemparakan joke -joke segar. setiap lawakannya pasti akan membuat penonton terpingkal-pingkal .

Mengawali Karirnya sebagai salah satu peserta API (Akademi Pelawak Indonesia),  nama sule terus berkibar di dunia hiburan. karirinya semaion melejit sejak ia tergabung dengan Azis,Nunung,Andre, dan Parto dalam acara OVJ namun, di tahun 2014 sule mendadak keluar dari acara wayang modern itu.

Tak sedikit penggemar OVJ yang merasa kecewa dan menanyakan apa alasan pindah ke salah satu TV swasta baru.Entah karena banyaknya asumsi atau memang ada pihak yang bertanggung jawab yang menyebarkan berita bohong terkait keluarnya sule dari OVJ. Tetapi yang jelas banyak sekali berita yang simpang siur.

Alasan keluarnya sule dari OVJ terungkap dari vlog pemilik dari mantan penyanyi cilik , joshua. Pada awal video, sule dan joshua asyik berbincang mengenai komedi mereka membahas arti pelawak sebenarnya, perbedaan pelawak denga bercanda hingga batasan-batasan yang harus di ketahui pelawak.

Sule juga sempat mengatakan hal yang cukup menyindir pelawak jaman sekarang  dengan berkata ''Komedian dan hanya sekedar bercanda itu berbeda, kalo komedian bisa berbaur dengan siapa saja, saling membantu bukan saling menjatuhkan, jokenya itu orisinil,artinya tidak menjatuhkan apalagi memperolok  orang lain.

Pada menit terakhir joshua menanyakan yang netter sangat ingin tau.penyanyi lagu di obok-obok menanyakan alasan sule keluar dari OVJ.

Sule akhirnya akat suara. ia mengatak bahwa berita yang selama beredar tidak benar, tidak benar jika ia banyak masalah . sule juga menyayangkan karena ada produser yang mengatakan bahwa sule tak mau kontraknya di perpanjang.

Alasan yang paling benar adalah karena kontrak kerjanya dengan OVj sudah habis dan tidak di perpanjang lagi oleh pihak produser. jadi, salah besar jika ada yang bilang sule keluar saat kontak masih berlaku.

Sunday, November 27, 2016


ASAL MULA AKSARA SUNDA




























   Sebagian orang pasti belum tau sejarah asal mulanya Aksara Sunda, khususnya orang sunda sendiri,  nah kali ini saya akan menjelaskan secara singkat sejarah atau asal mula Akasara sunda , cek aja :,


Pada awal tahun 2000-an pada umumnya masyarakat Jawa Barat hanya mengenal adanya satu jenis aksara daerah Jawa Barat yang disebut sebagai Aksara Sunda. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa setidaknya ada empat jenis aksara yang menyandang nama Aksara Sunda, yaitu :
1. Aksara Sunda Kuna
2. Aksara Sunda Cacarakan
3. Aksara Sunda Pegon
4. Aksara Sunda Baku
Dari empat jenis Aksara Sunda ini, Aksara Sunda Kuna dan Aksara Sunda Baku dapat disebut serupa tapi tak sama. Aksara Sunda Baku merupakan modifikasi Aksara Sunda Kuna yang telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda kontemporer. Modifikasi tersebut meliputi penambahan huruf (misalnya huruf va dan fa), pengurangan huruf (misalnya huruf re pepet dan le pepet), dan perubahan bentuk huruf (misalnya huruf na dan ma).

Sejarah Aksara Sunda Kuna

Penggunaan Aksara Sunda Kuna dalam bentuk paling awal antara lain dijumpai pada prasasti-prsasasti yang terdapat di Astanagede, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, dan Prasasti Kebantenan yang terdapat di Kabupaten Bekasi.Edi S. Ekajati mengungkapkan bahwa keberadaan Aksara Sunda Kuna sudah begitu lama tergeser karena adanya ekspansi Kerajaan Mataram Islam ke wilayah Priangan kecuali Cirebon dan Banten. Pada waktu itu para menak Sunda lebih banyak menjadikan budaya Jawa sebagai anutan dan tipe ideal. Akibatnya, kebudayaan Sunda tergeser oleh kebudayaan Jawa. Bahkan banyak para penulis dan budayawan Sunda yang memakai tulisan dan ikon-ikon Jawa.
Bahkan VOC pun membuat surat keputusan, bahwa aksara resmi di daerah Jawa Barat hanya meliputi Aksara Latin, Aksara Arab Gundul (Pegon) dan Aksara Jawa (Cacarakan). Keputusan itu ditetapkan pada tanggal 3 November 1705. Keputusan itu pun didukung para penguasa Cirebon yang menerbitkan surat keputusan serupa pada tanggal 9 Februari 1706. Sejak saat itu Aksara Sunda Kuno terlupakan selama berabad-abad. Masyarakat Sunda tidak lagi mengenal aksaranya. Kalaupun masih diajarkan di sekolah sampai penghujung tahun 1950-an, rupanya salah kaprah. Pasalnya, yang dipelajari saat itu bukanlah Aksara Sunda Kuna, melainkan Aksara Jawa yang diadopsi dari Mataram dan disebut dengan Cacarakan.


Sejarah Aksara Sunda Kuna

Penggunaan Aksara Sunda Kuna dalam bentuk paling awal antara lain dijumpai pada prasasti-prsasasti yang terdapat di Astanagede, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, dan Prasasti Kebantenan yang terdapat di Kabupaten Bekasi.Edi S. Ekajati mengungkapkan bahwa keberadaan Aksara Sunda Kuna sudah begitu lama tergeser karena adanya ekspansi Kerajaan Mataram Islam ke wilayah Priangan kecuali Cirebon dan Banten. Pada waktu itu para menak Sunda lebih banyak menjadikan budaya Jawa sebagai anutan dan tipe ideal. Akibatnya, kebudayaan Sunda tergeser oleh kebudayaan Jawa. Bahkan banyak para penulis dan budayawan Sunda yang memakai tulisan dan ikon-ikon Jawa.

Dalam Sejarah

Aksara Sunda disebut pula aksara Ngalagena. Menurut catatan sejarah aksara ini telah dipakai oleh orang Sunda dari abad ke -14 sampai abad ke- 18. Jejak aksara Sunda dapat dilihat pada Prasasti Kawali atau disebut juga Prasasti Astana Gede yang dibuat untuk mengenang Prabu Niskala Wastukancana yang memerintah di Kawali, Ciamis, tahun 1371-1475. Prasasti Kebantenan yang termaktub dalam lempengan tembaga, berasal dari abad ke-15, juga memakai aksara Sunda Kuno.

Tak ada bukti yang jelas tentang awal mula aksara Sunda lahir, sejak kapan nenek moyang orang Sunda menggunakan aksara ini. Yang jelas, sebelum abad ke-14, kebanyakan prasasti dan kropak (naskah lontar) ditulis dalam aksara lain, seperti aksara Pallawa (Prasasti Tugu abad ke-4) dan aksara Jawa Kuno (Prasasti Sanghyang Tapak abad ke-11). Bahasanya pun Sansekerta dan Jawa Kuno bahkan Melayu Kuno. Baru pada abad ke-14 dan seterusnya, aksara Sunda kerap dipakai dalam media batu/prasasti dan naskah kuno.

Sama seperti naskah-naskah kuno di Jawa, yang menjadi media naskah kuno Sunda adalah daun (ron) palem tal (Borassus flabellifer)—di sinilah lahir istilah rontal atau lontar—atau juga daun palem nipah (Nipa fruticans), di mana masing-masing daunnya dihubungkan dengan seutas tali, bisa seutas di tengah-tengah daun atau dua utas di sisi kanan dan kiri daun. Penulisan dilakukan dengan menorehkan peso pangot, sebuah pisau khusus, pada permukaan daun, atau menorehkan tinta melalui pena. Tintanya dari jelaga, penanya dari lidi enau atau bambu. Biasanya peso pangot untuk huruf-huruf persegi, sementara tinta-pena untuk huruf-huruf bundar.

Naskah-naskah kuno Sunda yang memakai aksara Sunda Kuno dan juga bahasa Sunda Kuno di antaranya Carita Parahyangan (dikenal dengan nama register Kropak 406) yang ditulis pada abad ke-16. Ada hal yang menarik dalam Carita Parahyanganini, di mana di dalamnya terdapat dua kata Arab, yaitu dunya dan niat. Ini menandakan bahwa persebaran kosa kata Arab, dengan Islamnya, telah merasuk pula ke dalam alam bawah sadar penulis carita tersebut. Begitu pula naskah Bujangga Manik dan Sewaka Darma yang ditulis pada masa yang tak jauh beda, yang keduanya mengisahkan perjalanan spiritual sang tokoh dalam menghadapi kematian, ketikaraga wadag (tubuh) meninggalkan alam fana, yang dibungkus dalam sebuah sistem religi campuran antara Hindu, Buddha, dengan kepercayaan Sunda asli. Judul yang lain adalah Sanghyang Sisksakanda (ng) Karesian (disebut pula Kropak 603), sebuah naskah tentang keagamaan dan kemasyarakatan yang ditulis pada 1518 M. Ada pula naskah Amanat Galunggung (disebut pula Kropak 632 atau Naskah Ciburuy atauNaskah MSA) yang naskahnya baru diketemukan 6 lembar, yang membahas mengenai ajaran moral dan etika Sunda. Usia naskah ini ditenggarai lebih tua dariCarita Parahyangan; hal ini terbukti dari ejaannya, seperti kwalwat, gwareng, anwam, dan hamwa (dalam Carita Parahyangan dieja: kolot, goreng, anom, dan hamo).

sekian dari saya semoga bermanfaat buat kalian, dan Terima Kasih:)












Saturday, November 26, 2016



ASAL USUL ORANG SUNDA

  Disini saya akn menjelaskan sedikit tentang asal usul orang sunda, Banyak pakar yang menyatakan bahwa orang Sunda khususnya dan Indonesia umumnya adalah para pendatang dari daerah Yunan. benarkah itu ? (Ada sebuah fakta yang dapat dianggap dongeng tapi perlu kita cermati dengan seksama).



Di daratan Asia, kira-kira antara Pegunungan Hindukusj dan Pegunungan Himalaya ada sebuah dataran tinggi (plateau) yang bernama Iran-venj, penduduknya disebut bangsa Aria. Mereka menganggap bahwa tanah airnya disebut sebagai Taman Surga, karena kedekatannya dengan alam gaib. Namun, mereka mendapat wangsit dalam Uganya, bahwa suatu ketika bangsa Iran Venj akan hancur, sehingga bangsa Aria ini menyebar ke berbagai daerah. Salah satu gerombolan bangsa Aria yang dikepalai oleh warga Achaemenide menyebut dirinya sebagai bangsa Parsa dan pada akhirnya disebut bangsa Persi dan membangun kota Persi-Polis. Pemimpin Achaemenide bergelar Kurush (orang Yunani menyebut Cyrus).
Dalam perjalanan sejarahnya, mereka membantu bangsa Media yang diserang oleh bangsa Darius. Bahkan bangsa Darius dengan pimpinan Alexander Macedonia pun pada akhirnya menyerang Persi. Dan tak lepas dari itu bangsa Persi, pada jaman Islam pun diserang dan ditaklukkan. Begitu pula oleh Jengis Khan dari Mongol, dan pada akhirnya diserang pula oleh bangsa Tartar yang dikepalai oleh Timur-Leng. Rentang perjalanan sejarah bangsa Persi ini, menyadarkan mereka untuk kembali kepada nama asalnya, yaitu Iran (dari Iran-Venj).
Hal itu dapat dilihat dalam stratifikasi sistem “sesembahan” yang ada di daerah Baduy, dikatakan bahwa Batara Tunggal atau Sang Rama mempunyai tujuh putra keresa, lima dewa di antaranya adalah Hindu, yaitu : Batara Guru di Jampang, Batara Iswara (Siwa), Batara Wisnu, Batara Brahma, Batara Kala, Batara Mahadewa (pada akhirnya menjadi Guriang Sakti serta menjelma jadi Sang Manarah atau Ciung Manara), Batara Patanjala (yang dianggap cikal bakal Sunda Baduy). Akulturasi ini, tidak saja dalam lingkup budaya, melainkan dalam perkawinan.
Memang tidak banyak yang menerangkan bahwa orangIndonesia (Sunda) yang datang ke pulau ini, kecuali tersirat dalam Encyclopedia Americana Vol 22 Hal 335. Bangsa kita selain membawa suatu tatanan â€Ú©tata – subita’ yang lebih tinggi, kebiasaan gotong royong, teknik menenun, juga membawa budaya tulis menulis yang kemudian menjadi â€Å“Kohao Rongo-rongoâ€‌ fungsinya sebagai â€Ú©mnemo-teknik’ (jembatan keledai) untuk mengingat agar tidak ada bait yang terlewat.
Benarkah Parahiangan sebagai Pusat Dunia yang Hilang (Atlantis) ?

Untuk memudahkan menjawab pertanyaan di atas, mari kita buktikan dengan benda-benda hasil karya mereka. Salah satunya adalah Trappenpyramide, yaitu limas bertangga).
Di Jawa Barat (Tatar Sunda), Limas bertangga ini dahulu berfungsi sebagai tempat peribadatan begitu pula bagi orang Pangawinan (Baduy) dan bagi orang Karawang yang masih memegang teguh dalam adat tatali karuhun tidak boleh membangun rumah suhunan lilimasan. Bagi orang Jawa Tengah, menurut Dr. H.J De Graaf â€Ú©hunnebedden’ dengan adanya candi-candi Hindu yang sudah sangat kental percampurannya, sehingga tidak lagi terlihat jati diri Jawa Tengahnya. Sedangkan candi-candi di Jawa Timur bentuk-bentuknya masih kentara keasliannya, karena tempelan budaya luar hanya sebagai aksesoris saja. Yang lebih jelas lagi di Bali, karena keasliannya sangat kentara.
Kembali ke daerah Polynesia, bangunan-bangunan purba â€Ú©trappenpyramide’ tersebar di pulau Paska hingga ke Amerika Selatan yaitu di Peru. Apa ada hubungannya dengan Sunda ?
Salah satu ekspedisi Kontiki – Dr. Heyerdahl, membuktikan dan memunculkan teorinya bahwa hal tersebut di atas merupakan hasil kebudayaan dari manusia putih berkulit merah (sawo matang). Walaupun teori ini banyak dibantah para ahli lainnya, namun dapat kita tarik satu asumsi bahwa manusia putih berkulit merah ini adalah manusia Atlantis yang hilang oleh daya magi.
Pembuktian ekspedisi Kontiki – Dr. Heyerdahl sekarang lebih terungkap itu ada benarnya. Sehingga bila melihat sejarah bahwa keturunan dari Tatar Sunda menyebrang hingga ke Polynesia itu adalah orang-orang Atlantis — yang memang karuhun kita selalu menyembunyikan dalam bentuk simbol — ekspansi kebudayaan dari Tatar Sunda ke daerah Polynesia, yaitu dengan adanya rombongan dari Palabuhanratu, dapat dibuktikan kebenaran-nya.

Nah itulah cerita singkat asal usul Orang Sunda dari saya sekian dan Terima Kasihh:)

Thursday, November 24, 2016

KISAH MISTERI DI SUMDANG



WANITA MISTERIUS DIJALAN SUMEDANG
  
   jadi gini gan, kejadianya kira-kira tahun 2008 / 2009,lupa tepatnya kapan, waktu itu ane kan lagi ada di kampung halaman tercinta karena pas waktu itu lagi liburan hari raya.

kejadianya abis maghrib lah, sekitar jam 18:18, sehabis balik dari Bendungan Jatigede soalnya si kakek mau liat tuh bendungan, pas balik dari sana kita semua dapet kabar duka, Pak Kuwu ato biasa di sebut Kepala Desa baru saja meninggal dunia,pantes suara koreak (Burung yang punya mitos kalo dia bersuara berarti ada yang meninggal gan) terus berdengung-dengung sejak pagi itu.

saat maghrib itu, ane berencana mau beli pulsa, maklum di kampung,mu beli pulsa aja mesti ke daerah kota dulu yang notabene cukup jauh and musti lewat jalan jelek se lebar badan mobil plus hutan,jurang sama pemakamam di samping kiri dan kanan jalan.

kondisi cuaca waktu itu abis hujan jadi masih mendung sama gelap, ane pake motor honda legenda kesayangan melaju pelan karena kondisi jalan tanah yang berbatu sama gelap (penerangan cuma lampu motor),di awal perjalanan sih semua lancar, cuma lihat beberapa yang terbang bolak balik ato diem di pinggir jalan (wew, heheh alhamdulillah Allah ngasih penglihatan frontal ke ane gan), sampai akhirnya tepat di depan pemakamam keluarga yang punya ciri khas semua batu nisan di cat putih di jalan setapak yang biasa di sebut orang Cikapinis, disitu saya liat ce berpakaian kebaya merah lagi berdiri, karena tau itu bukan orang ya ane cuekin aja.

nah sehabis beli pulsa,pasti lewat jalan yang itu lagi karena ga ada akses lain gan, setelah keluar dari kampung cibiuk, langsung mengarah ke hutan pinus yang cukup gelap, kondisi emang gelap banget karena masih berupa hutan sama kebun milik warga... saat mulai masuk hutan ane ngerasa motor seperti berat, kaya ada yang duduk di belakang, dan ane lihat di spion ternyata wanita berkebaya itu, di tengah perjalanan ane berhenti dari motor trus nyalain rokok, saat sampai di depan komplek pemakamam keluarga itu ane berhenti dan bilang " sampe disini aja yah." sambil ngebuang rokok yang ane hisap tadi ke arah kuburan, dari situ ane merasa normal lagi membawa motor dan ngeliat wanita tadi dari spion ada di depan pagar kuburan sambil melambaikan tangan....

sampe di rumah ane tanya ke keluarga soal wanita yang tadi dan kata kakek ane katanya dulu ada cewek yang tadinya mau nyanyi ke sebuah acara desa (kek artis dangdut gitu kali ) kecelakaan di situ (masuk jurang) and ampe sekarang mayatnya belum ketemu gan....

Sunday, November 13, 2016

ASAL MULA URANG SUNDA




         Sudah sejak tahun 1950-an orang Sunda gelisah dengan sejarahnya. Lebih-lebih generasi sekarang, mereka selalu mempertanyakan, betulkah sejarah Sunda seperti yang diceritakan orang-orang tua mereka? Katanya, kekuasaannya membentang sejak Kali Cipamali di timur terus ke barat pada daerah yang disebut sekarang Jawa Barat dengan Prabu Siliwangi sebagai salah seorang rajanya yang bijaksana. Betulkah? Sejarah Sunda memang tidak banyak berbicara dalam percaturan sejarah nasional. “Yang diajarkan di sekolah, paling hanya tiga kalimat,” kata Dr Edi Sukardi Ekadjati, peneliti, sejarawan dan Kepala Museum Asia Afrika di Bandung. Isinya singkat saja hanya mengungkap tentang Kerajaan Sunda dengan Raja Sri Baduga di daerah yang sekarang disebut Jawa Barat, lalu runtuh.Padahal, kerajaan dengan corak animistis dan hinduistis ini sudah berdiri sejak abad ke-8 Masehi dan berakhir eksistensinya menjelang abad ke-16 Masehi. Kisah-kisahnya yang begitu panjang, lebih banyak diketahui melalui cerita lisan sehingga sulit ditelusuri jejak sejarahnya. Tetapi ini tidak berarti, nenek moyang orang Sunda di masa lalu tidak meninggalkan sesuatu yang bisa dilacak oleh anak cucunya karena kecakapan tulis-menulis di wilayah Sunda sudah diketahui sejak abad ke-5 Masehi. Ini bisa dibuktikan dengan prasasti-prasasti di masa itu.
Memang peninggalan karya tulis berupa naskah di masa itu hingga kini belum dijumpai. Tetapi setelah itu ditemukan naskah kuno dalam bahasa dan huruf Sunda Kuno, yakni naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian yang selesai disusun tahun 1518 M dan naskah Carita Bujangga Manik yang dibuat akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16. Suhamir, arsitek yang menaruh minat besar dalam sejarah Sunda menjuluki naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian sebagai “Ensiklopedi Sunda”.Naskah-naskah lainnya adalah Cariosan Prabu Siliwangi (abad ke-17 atau awal abad ke-18), Ratu Pakuan, Wawacan Sajarah Galuh, Babad Pakuan, Carita Waruga Guru, Babad Siliwangi dan lainnya.NASKAH Sanghyang Siksa Kana Ng Karesian dan Carita Bujangga Manik disusun pada zaman Kerajaan Sunda-Pajajaran masih ada dan berkembang. Karena itu, dilihat dari kacamata sejarah, kedua naskah tersebut bisa jadi sumber primer. Sedangkan naskah-naskah lainnya yang disusun setelah Kerajaan Sunda-Pajajaran runtuh termasuk sumber sekunder. Kerajaan Sunda-Pajajaran runtuh pada tahun 1579.Kedua naskah tersebut ditulis dengan bahasa dan huruf Sunda Kuno. Sedangkan naskah lainnya ada yang ditulis dengan bahasa dan huruf Jawa, bahasa dan huruf Arab, bahasa Jawa-Sunda atau huruf Jawa tapi bahasanya bahasa Sunda seperti naskah Carita Waruga Guru dan bahasa Melayu dan huruf Latin. Sampai tahun 1980-an, pembuatan naskah Sunda masih terus berlangsung meskipun dalam bentuk penyalinan.Naskah Siksa Kanda Ng Karesian dan Carita Bujangga Manik ditulis di atas daun lontar dan daun palem. Naskah-naskah lainnya ada pula yang ditulis di daun nipah, daun enau atau daun kelapa. Cara menulisnya dikerat/digores dengan menggunakan alat yang disebut peso pagot, sejenis pisau yang ujungnya runcing. Sedangkan naskah-naskah yang lebih muda menggunakan kertas sebagai pengganti daun dan ditulis dengan menggunakan tinta.Sebagian naskah-naskah itu ada yang tersimpan di museum baik di dalam maupun di luar negeri. Tetapi sebagian besar lainnya disimpan di rumah penduduk atau tempat-tempat tertentu yang dikeramatkan karena naskah dianggap sebagai barang sakral. Pemegangnya juga orang tertentu saja.Karena cara penyimpanan yang tidak memenuhi syarat, adakalanya naskah rusak berat sehingga tidak bisa terbaca lagi. Naskah di Lengkong, Kuningan misalnya, tahun 1982 masih bisa dibaca. “Tetapi ketika saya datang lagi ke sana pada tahun 1987, naskah sudah tidak bisa direkontruksi lagi,” keluh Ekadjati.Tetapi ada juga naskah-naskah yang sudah tidak disimpan dengan baik karena ahli warisnya merasa tidak mempunyai kepentingan lagi. Di Banjaran, sebuah daerah yang letaknya di Bandung Selatan, naskah yang mereka miliki disimpan di kandang ayam karena rumah sedang dibongkar. Atau ada pula yang menyimpannya di atas langit-langit dapur, sehingga warnanya menjadi kuning kehitam-hitaman.Dengan cara penyimpanan seperti itu, apalagi berasal dari bahan-bahan yang mudah lapuk, dalam beberapa tahun saja tidak mustahil naskah-naskah tersebut tidak akan berbekas lagi, sebelum diteliti. Setelah terlambat, baru kemudian kita menyadari telah kehilangan sejarah atau kekayaan budaya…Sebelum pengalaman pahit ini terjadi, Edi S Ekadjati dengan bantuan Toyota Foundation kemudian mengabadikannya dalam bentuk mikro film. Sekarang, sekitar 2000 naskah dari mikro film tersebut dimasukkan ke komputer sehingga suatu saat, bisa dibuat katalog yang lebih lengkap. Ini melengkapi katalog naskah Sunda yang sudah ada sekarang, yang memuat 1904 naskah.DARI sejumlah naskah tersebut, 95 naskah ditulis dalam huruf Sunda Kuno, 438 ditulis dalam huruf Sunda-Jawa, 1.060 ditulis dengan huruf Arab (Pegon) dan 311 naskah lainnya ditulis dengan huruf Latin. Selain itu masih ada 144 naskah yang menggunakan dua macam aksara atau lebih, yakni Sunda-Jawa, Arab dan Latin.Dilihat dari jenis karangannya, naskah sejarah hanyalah sekitar 9 persen dan naskah sastra sejarah 12 persen. Sebagian besar lainnya, 25 persen berupa naskah sastra, dan naskah agama 15 persen. Sayang, walaupun jumlahnya banyak, baru sedikit sekali yang diteliti. Eddi S. Ekadjati memperkirakan baru sekitar 100-125 judul saja yang diteliti. Ini berarti, tantangan untuk para peneliti dalam meneliti sejarah Sunda masih sangat besar.Penelitian tersebut, menurut Edi S. Ekajati, idealnya dilakukan dulu secara filologis karena ilmu yang menggarap naskah itu ialah filologi. Baru kemudian hasil suntingan filolog tersebut dijadikan obyek atau bahan studi ilmu-ilmu lain sesuai dengan jenis isi naskahnya. Sulitnya, sangat sedikit filolog yang tertarik terhadap naskah Sunda.Belum lagi, lebih sedikit lagi yang bisa membaca huruf Sunda Kuno — itupun sebagian diantaranya berasal dari disiplin lain. Atja dan Saleh Danasasmita misalnya, keduanya sudah meninggal. Sedangkan lainnya Ayatrohaedi dan Hasan Djafar (arkeologi) lalu Kalsum dan Undang A Darsa. Edi S Ekadjati sebenarnya berlatar belakang sejarah. Tetapi karena minatnya yang besar terhadap sejarah Sunda, akhirnya mengharuskan ia mendalami filologi, sehingga dia acapkali dijuluki “berada di dua perahu”. Dia mengakui, karena terbatasnya filolog yang berminat, maka jika seseorang ingin mengetahui sejarah Sunda maka ia harus berada “di dua perahu”.SEJARAH Sunda sangat boleh jadi berbeda dibanding sejarah etnis lain di Indonesia karena daerah ini tidak banyak mewariskan peninggalan berupa prasasti atau candi, tetapi lebih banyak berupa naskah yang kini tersimpan di museum atau tempat-tempat lainnya. Di Perpustakaan Nasional saja misalnya, terdapat 89 naskah Sunda Kuno sedangkan yang sudah dikerjakan barulah tujuh naskah.
Tetapi dari sedikit naskah itu, menurut Edi S. Ekadjati, ternyata sudah memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap sejarah Sunda. Baik mengenai daftar raja yang memerintah dan masa pemerintahannya serta peristiwa-peristiwa sekitar yang terjadi pada saat itu, sehingga walaupun belum secara lengkap sudah bisa disusun raja-raja Sunda yang memerintah selama kurang lebih 800 tahun. Yakni, sejak Sanjaya yang memerintah pada abad ke-8 sampai Raja Sunda terakhir pada tahun 1579. Bahkan dengan naskah Siksa Kanda Ng Karesian yang ditulis pada masa Sri Baduga Maharaja, diketahui beberapa aspek kebudayaan Sunda saat itu. Sri Baduga Maharaja,dalam cerita rakyat diidentikkan dengan Prabu Siliwangi.
Jalan untuk menyingkap tabir sejarah Sunda masih panjang. Di Perpustakaan Nasional saja, masih 82 naskah lagi yang belum digarap. Walau demikian, Edi S Ekadjati optimis, suatu saat sejarah Sunda bisa disusun lebih lengkap dan jelas. Salah satu harapannya diletakkan pada jerih payah Ali Sastramidjaja atau Abah Ali, seorang peminat sejarah Sunda, yang kini sedang menggarap naskah Ciburuy bersama teman-temannya.
B. Sejarah Pasundan mulai terkuak
Prasasti koleksi Museum Adam Malik Jakarta, ikut memperkuat dugaan adanya kesinambungan Kerajaan Pasundan dengan Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah. Bahkan bila dikaitkan dengan temuan-temuan prasasti di Jawa Barat termasuk temuan tahun 90-an, prasasti ini ikut memberi titik terang sejarah klasik di Tanah Pasundan yang selama ini masih gelap.Kepala Bidang Arkeologi Klasik pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Dr Endang Sri Hadiati didampingi peneliti arkeologi spesialis Sunda, Richadiana Kartakusuma SU, mengemukakan itu saat ditemui Kompas di ruang kerjanya di Jakarta, Senin (20/2). Keduanya ditemui dalam kaitan dengan Sejarah Klasik Sunda yang selama ini masih gelap, bila dibanding dengan sejarah klasik di Jawa Tengah, yang telah mampu memberikan sejarah lebih runtut.Bila benar dugaan adanya kesinambungan antara Raja Sunda dan Jawa Tengah ini, maka ini merupakan asumsi sejarah baru dalam perkembangan sejarah nasional selama ini. Endang Sri Hadiati menyatakan, kesinambungan atau adanya dugaan hubungan antara Kerajaan Pasundandan kerajaan di Jawa Tengah itu disebut-sebut dalam lontar Carita Parahiyangan yang ditemukan Ciamis, Jawa Barat.Lontar yang ditemukan tahun 1962 ini mengisahkan tentang raja-raja Tanah Galuh Jawa Barat. Salah satu lontar dari Carita Parahiyangan yang belum diketahui angka tahunnya itu di antaranya menyebut nama Sanjaya sebagai pencetus generasi baru yang dikenal dengan Dewa Raja.
Apa yang disebut dalam Carita Parahiyangan, menurut Richadiana, ada kesamaan makna dengan prasasti yang ditemukan di Gunung Wukir, yang berada di antara daerah Sleman dan Magelang (Jawa Tengah). Prasasti batu abad VII yang kemudian disebut sebagai Prasasti Canggal itu secara jelas menyebut, bahwa di wilayah itu telah berdiri wangsa atau kerajaan baru dengan Sanjaya nama rajanya, atau dikenal kemudian sebagai Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
“Saya belum berani memastikan adanya kesinambungan Raja Sunda dan Jawa. Yang pasti, Carita Parihiyangan yang berisi tentang cerita raja-raja Galuh itu, salah satunya menyebut nama Sanjaya yang membuat kerajaan baru, dan itu sama persis yang disebutkan dalam prasasti Canggal di Jawa Tengah,” tegas Richadiana.Menurut Richadiana, dugaan itu diperkuat pula dengan prasasti yang dikoleksi oleh Adam Malik (almarhum), yang dikenal dengan prasasti Sragen (ditemukan di Sragen Jateng). Richadiana tidak tahu persis kapan prasasti itu dikoleksi Adam Malik. Yang pasti, prasasti itu isinya juga bisa menjadi fakta adanya dugaan kesinambungan antara Kerajaan Pasundan dan Jawa.
Dua abad hilang
Endang Sri Hadiati dan Richadiana mengakui, sejarah Pasundan memang masih gelap, artinya belum mempunyai alur sejarah yang mendekati pasti. “Tonggak sejarah klasik Jawa Barat hanya pada 6 buah prasasti Raja Tarumanegara sekitar abad V. Temuan prasati lain tidak mendukung adanya kelanjutan sejarah, karena selisih waktunya berabad-abad,” tandasnya.Namun begitu, jika dicermati dan dikaitkan dengan temuan tahun 90-an ini, sebenarnya hanya rentang waktu dua abad saja sejarah Klasik Sunda yang hilang, bila dihitung sejak Raja Tarumanegara, yaitu antara abad ke V – VII. Richadiana mengatakan, setelah abad Raja Tarumanegara V sampai abad ke VII memang tidak ditemukan prasasti. Namun lontar Carita Parahiyangan mengisahkan adanya kehidupan raja-raja di Tanah Galuh pada abad VII, disusul kemudian adanya temuan prasasti abad VIII Juru Pangambat. Prasasti ini ditemukan di seputar prasasti Tarumanegara, yang mengisahkan tentang adanya seorang pejabat tinggi yang bernama Rakai Juru Pangambat.Menurut Richadiana, prasasti Huludayueh yang ditemukan di Cirebon tahun 1990 mengisahkan bahwa antara abad 10 sampai 12 hidup seorang Raja bernama Pakuan. Sebelum itu ditemukan prasasti di Tasikmalaya yang dikenal dengan prasasti Rumatak. Prasasti berangka tahun 1.030 ini mengisahkan bahwa pada masa itu hidup seorang Raja Jaya Bupati.
“Sebenarnya kalau kita runut prasasti-prasasti itu sudah mengindikasikan adanya urutan sejarah klasik Sunda. Tidak ada peminat yang mempelajari sejarah klasik orang Sunda, selain orang Sunda sendiri. Itu yang menyebabkan sejarah Sunda seperti merana,”tegasnya.
PENJELASAN PRASASTI HULU DAYEUH
Sejarah Jawa Barat hingga kini memang masih agak gelap, bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Nusantara. Oleh karena itu setiap temuan arkeologi dari Jawa Barat senantiasa mengundang perhatian dan rasa penasaran para pakar kebudayaan yang menggumuli masalah sejarah Sunda (Jawa Barat).Untuk itu dikemukakan beberapa hal yang berkenaan dengan Prasasti Hulu Dayeuy. Prasasti Hulu Dayeuh tersebut bukan berasal dari (Predu) Ratudewata, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan Jayadewata (Raja Pakwan-Pajajaran abad ke-15 Masehi). Raja ini sama dengan SriBaduga Maharaja atau Raden pamanah Rasa alias Sang Udubasu di dalam Carita Parahiyangan, sesuai dengan yang disebutkan dalam rasasti Hulu Dayeuh itu sendiri (baris ke-11). Tetapi belum berarti bahwa prasasti tersebut dikeluarkan oleh Raja Jayadewata.Perlu kiranya diketahui bahwa Jayadewata tidak sama dengan Ratudewata. Kedua raja ini memerintah di Pakwan-Pajajaran tetapi personilnya berbeda. Bila Jayadewata memerintah pada tahun 1482-1521 Masehi (39 tahun) maka (Prebu) Ratudewata memegang tampuk Pakwan-Pajajaran tahun 1535-1543 Masehi (8 tahun).Bagian atas batu yang diduga mencantumkan pertanggalan prasasti tesebut patah, dan aksaranya pun turut hilang serta sebagian lagi ada yang akur, sehingga kronologi prasasti belum dapat diketahui dengan pasti. Keausan aksara itu mungkin karena semula letak batu prasastinya terbalik dengan posisi bagian atas tertanam dalam tanah, namun kini batu tesebut telah diletakkan sebagaimana mestinya.Bentuk hurufnya diketahui beraksasa Pasca Pallava, mirip dengan aksara dalam prasasti-prasasti masa Kayuwangi-Balitung (abad ke 9-10 Masehi), bukan Kayuwanci-Belitung seperti berita terdahulu. Demikianlah ralat ini, dan sama sekali tidak dimaksudkan menyinggung perasaan hanya sekadar membenarkan apa yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, dalam menginterpretasikan sejarah Jawa Barat, khususnya yang berkaitan dengan Prasasti Hulu Dayeuh.Dalam hal ini saya merasa bertanggungjawab karena saya yang mengatakan keterangan di atas secara lisan kepada Bapak Muchtar MS ketika mengadakan penelitian arkeologi di daerah Sumber, Cirebon.


Friday, November 11, 2016

KISAH MISTIS GUNUNG KUNCI SUMEDANG



  • Kisah Gunung Kunci Sumedang Larang, 


      Tidak jarang orang mengetahui bahwa sebenarnya sumedang mempunyai potensi wisata alam yang cukup menarik. Selain keindahan alamnya yang memikat juga banyak peninggalan sejarah dari jaman penjajahan belanda.Mungkin selama ini orang hanya mengenal kota sumedang lewat tahunya yang masyur. Padahal...kota sumedang juga memiliki tempat-tempat wisata yang tak kalah menarik di bandingkan dengan daerah lain. Salah satunya adalah tempat wisata alam Gunung Kunci.Tempat rekreasi ini terletak kira-kira 200 meter dari alun-alun kota sumedang. Di namakan gunung kunci karena letaknya yang terdapat di bukit kunci. Tempat wisata ini mempunyai pemandangan alam nan elok dan indah. Tempatnya yang teduh diantara rindangnya pepohonan yang hijau. Dan alamnya yang masih bersih dan sejuk jauh dari polusi udara.Salah satu keistimewaan tempat ini adalah karena terdapat peninggalan sejarah pada masa penjajahan belanda yaitu berupa Gua. Konon gua ini di jadikan benteng pertahanan yang di gunakan oleh masyarakat sumedang untuk melawan penjajah pada masa itu. Ada beberapa gua yang terdapat di gunung kunci ini. Dan jika kita mengitari benteng, di bagian belakang benteng terdapat hamparan rumput hijau nan luas dengan panorama yang indah. Dari sinilah kita dapat melihat alun-alun kota sumedang dan sekitarnya.Namun....sayang beberapa tahun terakhir ini tempat wisata ini tidak pernah di buka lagi untuk umum. Dan sepertinya kurang mendapat perhatian dari masyarakat sumedang sendiri dan pemda setempat. Patut di sayangkan apabila potensi yang besar itu tidak mendapat perhatian dan tidak di kelola dengan baik. Padahal ini bisa menjadi daya tarik bagi kota sumedang itu sendiri agar mendapat kunjungan wisatawan. Dan otomatis dapat menjadi pemasukan bagi pemda setempat.Karena kurangnya informasi dan promosi tentang tempat wisata ini maka sepertinya gunung kunci akan menjadi tempat wisata yang terlupakan.

  • Asal Muasal Gunung Kunci


Pada tahun 1917 dibangun gua dan banteng pertahanan di daerah Sumedang di 4 lokasi perbukitan yang mengelilingi kota Sumedang, yaitu di Gunung Kunci, gunung Palasari/ Pasir Bilik dan gunung Gadung.
Gua dan benteng pertahanan yang sekarang keadaannya masih utuh adalah di gunung Kunci yang terkenal dengan nama Pandjoeman dan di Gunung Palasari, kemungkinan karena sejak tahun 1934 gua dan benteng tersebut kelestariannya dapat terjaga oleh petugas Perum Perhutani KPH Sumedang.Perlawanan rakyat Sumedang terhadap bangsa kulit putih sudah diawali sejak tahun 1800an ketika kedatangan Gubernur Jenderal Daendels mengontrol pembuatan jalan Pos Anyer-Panarukan yang melewati daerah Sumedang, antara tahun 1810-1811.Pekerjaan secara rodi yang berat didaerah Sumedang telah meminta banyak korban jiwa. Konon pada saat Daendels mengajak bersalaman disambut oleh Pangeran Kusumadinata IX (dikenal dengan nama Pangeran Kornel) dengan tangan kiri, sementara tangan kanan Pangeran memegang keris. Sang Gubernur yang dikenal sangat galak dan karenanya di juluki sebagai Mas Galak terkejut dan menjadi lemah menghadapi sang Pangeran.Peristiwa heroik tersebut diabadikan pada nama jalan cadas tersebut dengan nama Cadas Pangeran. Tahun pembuatannya diabadikan dalam prasasti batu marmer berhuruf jawa/sunda terletak pada satu dinding cadas di Cadas Pangeran, lukisan relief peristiwa tersebut kini terlukis pada pintu gerbang masuk wana wisata Gunung Kunci.Gua dan benteng pertahanan Belanda digunung Kunci memiliki keunikan baik bentuk maupun dibagian puncak bukit tersembul tembok benteng yang tegar berbentuk seperti motor boat dengan panjang 70m dan lebar 30m, ditengah benteng tersembunyi bangunan kamar-kamar yang atapnya ditimbun tanah. Dibagian bukit benteng terdapat bangunan bertingkat dua, disini terdapat beberapa tangga yang menurun menuju ke perut bukit. Luas bangunannya 2.600m persegi. Luas bunkernya 450m persegi.Didalam bukit terdapat lorong-lorong gua sepanjang 200m, menghubungkan kamar-kamar dibawah tanah dan antara pintu masuk menuju kebagian benteng. Ada 17 buah gua diperut bukit ini. Karena ada perbedaan tinggi dihubungkan dengan lorong bertangga. Bentuk kamar-kamar pada umumnya persegi panjang melengkung, terdapat pula dua ruangan yang berbentuk bulat seperti menara dengan garis tengah 3meter, ruangan bulat ini letaknya tersembul keluar bukit dilengkapi lubang pengintai (tempat mancong senjata berat). Lantai satu adalah ruang prajurit, lantai dua untuk ruang perwira dan lantai tiga sebagai benteng pertahanan. 


5 PESONA ALAM TERINDAH DI JAWA BARAT


1.CURUG MALELA





















Curug Malela

    wisata alam bandung selanjutnya adalah Curug Malela yang lokasi alamatnya berada di desa Cicadas, kecamatan Rongga Gununghalu kabupaten Bandung barat. Inilah salah satu wisata air terjun yang populer dengan Niagara Mini indonesia.Hal yang paling menarik dari salah satu tempat wisata alam di lembang bandung ini adalah air terjun ini memiliki ketinggian hampir 60 meter, dengan lebar aur terjun 70 meter serta mempunyai 5 buah jalur air terjun yang menciptakan sensasi keindahan percikan air jatuh dari ketinggian.Jika anda berkunjung ke sini,melihat hamparan air terjun di celah lembah pegunungan dari kejauhan akan seperti melihat kilauan benag halus yang bersinar, serta gemuruh air terjunnya terdengar hingga kejauhan. Dan yang paling khas adalah adanya sebuah misteri yang masyarakat sekitar pun tak berani mengungkapnya secara langsung.Penasaran kan ? ayo, ungkap misteri curug malela itu seperti apa di postingan yang pernah saya tulis hanya untuk anda, bersama info rute jalan menuju lokasi curug malela di sini Curug Malela
2.KAWAH PUTIH
























Kawah Putih

  Kawah putih adalah objek wisata alam bandung yang beralamat di jalan situ patengan, Rancabali Bandung.Lokasinya yang berada di pusat kawasan wisata ciwidey menjadikannya sebagai lokasi favorit wisata para pelancong yang sedang liburan ke bandung.Jika anda berlibur ke kawah putih, hal pertama yang akan menjadi istimewa adalah salah satu tempat paling misterius di bandung ini merupakan objek wisata berupa kawah bekas letusan gunung purba sunda dengan panorama alam indah berupa hamparan pasir putih di sekitar air kawah yang selalu berubah warna.Keindahan panorama alam kawah putih yang sangat eksotis dan unik, telah menjadikannya sebagai lokasi favorit sejumlah fotografer profesional untuk acara prosesi pemotretan prewedding.Dan selain itu yang membuat istimewa kawah putih adalah sejarah serta misterinya yang selama ini melingkupinya.Tempat wisata favorit keluarga di bandung selatan ini juga telah difasilitasi dengan tempat penginapan berupa pondokan dan cottage, yang tentunya bisa anda gunakan sebagai tempat peristirahatan jika anda hendak menghabiskan waktu di kawasan wisata alam bandung kawah putih ciwidey. Jika pondokan penuh, saya sudah membuat daftar list tempat penginapan di ciwidey yang bagus di siniPenasaran dengan cerita misteri kawah putih ? dan anda ingin tahu rute jalan menuju kawah putih ciwidey, harga tiket masuk kawah putih, jam buka kawah putih serta lokasi kawah putih dimana ? silahkan anda bisa baca di postingan menarik wisata bandung di sini Kawah Putih Ciwidey.
3.PANTAI CIPATUJAH













Pantai Cipatujah
    antai Cipatujah terletak di Desa Cipatujah, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, sekitar 74 km ke arah selatan dari pusat kota Tasikmalaya. Pantai seluas 115 ha ini merupakan pantai berkarang. Karena itulah banyak terumbu di mana ikan-ikan bertelur dan berkembang biak. Pantai ini merupakan pantai terlebar dan terpanjang di kawasan Pantai Selatan Jawa Barat.Pantai Cipatujah menawarkan pasir besi yang sangat baik untuk berjemur dan melakukan aktivitasi rekreasi pantai lainnya.Keindahan Pantai Cipatujah terlihat dari perpaduan hamparan pantai yang landai, gelombang laut yang besar, perkebunan kelapa yang subur, dan hamparan rumput yang luas. Para peternak kerbau yang tinggal di sekitar daerah pantai kerap menggembalakan kerbaunya di padang ini dan sesekali mengadakan atraksi balap kerbau yang diiringi tabuhan pencak, rampak kendang, ditambah angklung yang banyak mengundang orang untuk menontonnya. Suatu pertunjukan budaya setempat yang tentunya menarik untuk disaksikan.
4.PANTAI JAYANTI CIANJUR














Pantai Jayanti Cianjur
Pantai Jayanti terletak di Desa Cidamar, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, sekitar 60 km dari Kota Cianjur atau sekitar 150 km dari Kota Bandung. Pantai Jayanti masih terbebas dari berbagai jenis polusi karena termasuk pantai baru yang dibuka untuk pariwisata. Kondisi pantainya sendiri terbangun atas pasir laut di satu sisi dan batu-batu karang di sisi lainnya. Nikmati gulungan ombak samudera yang berdebur menerpa batu-batu karang.Selain itu, kamu bisa melihat tempat pelelangan ikan, kios-kios pengecer ikan, dan kios jajanan lain. Kamu bisa mengunjungi warung nasi yang bisa menyediakan ikan bakar sesuai pesananmu. Di Pantai Jayanti, ada beberapa fasilitas antara lain lahan parkir yang luas, penginapan, dan restoran.
5.CIBOLANG 










Cibolang Hot Spring
     Cibolang Pangalengan – Tempat Wisata di Bandung Selatan yang sangat terkenal tidak hanya berada di kawasan Wisata Ciwidey saja, akan tetapi objek wisata pangalengan pun menyimpan sejuta pesona ayang akan memanjakan wisatawan, termasuk kawasan wisata Cibolang Pangalengan.Halo sahabt traveler’s, jumpa lagi dengan saya kang dian, penulis blog informasi tempat-tempat wisata di bandung dan sekitarnya, yang pada postingan kali ini akan mereview tempat wisata yang terkenal dengan pemandian air panasnya yaitu Cibolang Hotspring Water.Nah, seperti apakah daya tarik wisata yang ada di Cibolang Pangalengan ini ? berlokasi di mana dan bagaimana cara menuju ke sana ? berapa harga tiket masuk ke sana ? serta informasi menarik yang lainnya, yuk kita simak saja di bawah ini.Sahabat traveler’ pecinta Wisata Bandung, bicara tempat wisata di pangalengan, maka anda pasti sudah mengenal juga bahwa di sana terdapat salah satu satu Situ Bandungyang terkenal Situ Cileunca dengan salah satu pegunungannya yang populer Gunung Malabar.Nah, sama dengan objek wisata di atas, Cibolang Pangalengan sendiri adalah sebuah lokasi wisata yang terletak di dataran tinggi pegunungan bandung selatan yaitu dengan ketinggian 1.000 – 1.400 mdpl dengan luas hampir 2 hektar.Jika anda berkunjung ke sana, maka lokasinya dapat kita tempuh tidak lebih memerlukan waktu berkendaraan selama 1 jam saja dari arah kota bandung. Jika anda dari arah jakarta, ke depan akan lebih singkat lagi, karena sebetar lagi jalan Tol Soreang – Pasirkoja segera beroperasi.Saat ini objek wisata pangalengan memang tengah ramai jadi destinasi buruan wisatawan yang sedang liburan ke bandung. Hal ini tidak lepas dari tempatnya yang memang berhawa sejuk dengan suhu udara antara 12 – 28 derajat celcius, dengan pemandangan alam yang masih alami, asri dan segar.Hal itu tidak salah karena, sebagaian besar kawasan wisata Cibolang pangalengan ini merupakan hamparan perkebunan teh yang tumbuh subur dan hijau, terlebih di kawasan wisata ini pun telah dilengkapi banyak fasilitas wisata yang akan menjadikan wisatawan betah berlama-lama tinggal di sana.



























Dan itulah 5 ke indahan alam di Jawa Barat, Terimakasih :)

SEJARAH SINGKAT TAHU SUMEDANG



 TAHU SUMEDANG  


      Tahu, atau Tou Fu (dari bahasa Tionghoa, Hokkian yang dibaca tau-hu) memang menjadi daya tarik dan sebuah kekayaan intelektual kota Sumedang. Pamor pesona dan keunikan rasanya, lahir di tanah ini. Namun tak banyak mengira, dari seorang imigran Cina lah, kekayaan kuliner Sumedang itu pertama kali lahir.

Tak disangka, kelezatan 'daging lembut' itu terdengar oleh Bupati Sumedang yang memerintah saat itu, Pangeran Aria Suria Atmaja. Sang Bupati meminta makanan itu untuk dijual kepada masyarakat luas. Sang Pangeran, yang konon ucapannya pasti terwujud, yakin penganan ini akan menjadi berkah tersendiri untuk ekonomi Sumedang.

Tahu Bungkeng merupakan pelopor lahirnya tahu Sumedang tersohor itu. Kisahnya terjadi hampir seratus tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1917. Seorang pemukim Cina, Ong Kino yang membawanya. Tahu yang ia buat awalnya hanya sebatas persembahan kepada istrinya tercinta. Pelan-pelan persembahan cinta itu menjadi menu jamuan bagi kerabatnya yang berkunjung.

Usaha ini kemudian beralih kepada salah seorang dari lima anaknya, yakni Ukim. Sejak tahun 1995, usaha tersebut dipegang Suriadi, salah seorang dari tujuh anak Ukim. Jadi, boleh dikata, Suriadi adalah generasi keempat pengelola tahu Boen Keng. Suriadi yang lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Maranatha, Bandung, mengelola usaha ini dengan cara yang tidak jauh berbeda dari leluhurnya. Dia tidak berambisi untuk mendirikan cabang-cabang usaha di kota lain.”Itu sulit dilakukan karena air di kota lain berbeda dengan air di Sumedang. Rasanya pasti akan berbeda. Buat kami, begini saja sudah cukup,” katanya.


"BERIKUT ADALAH KESENIAN KHAS TRADISIONAL SUNDA"


Jadi kita langsung saja ke Kesenian tradisional sunda, apa saja ya ? 


1.  SISINGAAN

      Sisingaan mulai diciptakan pada tahun 1975, berasal dari kota Subang. Sebelum terciptanya kesenian ini, para seniman berdiskusi tentang kesenian Reog di Jawa Timur yang sangat menarik minat, maka diciptakanlah kesenian yang mampu menunjukan identitas khas Sunda.
Menurut perkembangannya kesenian Sisingaan sangat cepat merambat ke setiap daerah. Ciri khasnya membawa boneka-boneka Singa diiringi 4 penggotong pada 1 singa. Sisingaan pun terbuat dari beberapa jenis. Kayu penggotong terbuat dari bambu, singa tersebut juga terbuat dari kayu, bulu-bulu ekornya terbuat dari benang rafia, dan badannya dibungkus oleh kain hingga benar-benar mirip Singa.
Tradisi ini biasanya diadakan untuk menerima tamu khusus, khitanan/sunatan, hari besar dan acara khusus kesenian. Bila kamu ingin melihat secara langsung kesenian Sisingaan, masyarakat Subang selalu mengadakannya pada tanggal 5 April tiap hahunnya, lokasinya di setiap kecamatan di daerah Subang.
2.  TARI JAIPONGAN
Jaipongan adalah jenis tarian traidisional Sunda, tepatnya dari Karawang. Lahir dari tangan kreatif H. Suanda pada tahun 1976. Tarian Jaipongan adalah campuran dari seni lain seperti pencak silat, topeng banjet, ketuk tilu, wayang golek dan lain-lain. Tarian ini sangat pesat berkembangnya, musiknya pun diiringi oleh degung, ketuk, rebab, gendang, kecrek, sinden, dan goong. Cocok ya, tari tradisional iringan musiknya juga tradisional, pakaiannya pun menggunakan pakaian tradisional Sunda yang terdiri dari sampur, apok dan sinjang. Biasanya penari berlenggak lenggok mengikuti instrumen musiknya. Walau terdengar gampang, sebenarnya tarian ini lebih susah karena membutuhkan kelenturan tubuh.

3.  WAYANG GOLEK 
Wayang golek mirip dengan wayang kulit ya. Tapi 2 jenis wayang ini ternyata berbeda bentuk lho. Wayang itu sendiri mengandung arti boneka tiruan manusia yang terbuat dari pahatan kayu atau kulit. Nah, sekarang tau kan perbedaan wayang kulit dan wayang golek. Dalam pertunjukan wayang golek, sang dalang selalu menggunakan bahasa daerahnya.
Ciri-ciri kesenian wayang adalah selalu membutuhkan bantuan Dalang yaitu sebutan untuk orang yang mengendalikan para wayang. 1 dalang bisa memainkan 4-10 karakter wayang. Namun sayang, dengan karakter suara yang berbeda-beda dari tiap karakter wayang, membuat kesenian ini kian sepi. Suara yang berubah-rubah membuat profesi dalang sedikit peminatnya. Tidak putus asa disini, ternyata ada perkumpulan untuk orang-orang yang ingin belajar menjadi dalang lho namanya Yayasan Citra Dangiang Seni. Kamu pecinta seni sunda? Lestarikan budaya sunda. Kalau bukan kita, siapa lagi?



4. KUDA RENGGONG 

Kesenian lain yang berasal dari Sunda adalah Kuda renggong, tarian ini berasal dari Sumedang, Renggong disini artinya keterampilan, kuda yang digunakan telah dilatih untuk menari mengikuti irama musik, kuda yang dipilih pun tidak berbadan loyo, rata-rata berbadan tegap dan kuat. Musik yang mengiringinya adalah kendang, tapi dengan berkembangannya zaman musik yang digunakan pun bisa apa saja. Kalau dilihat selintas, acara ini bisa bikin ketawa karena kuda bisa jingkrak-jingkrak, geleng-geleng kepala mengikuti alunan musik.
Sejarah kuda renggong ini pertama kali muncul dari desa Cikurubuk hingga menyebar ke kabupaten Sumedang.

5.CIANJURAN

Cianjuran adalah kesenian dari Cianjur, sebenarnya nama alat musik ini adalah mamaos. Alat musik khas sunda sejak tahun 1930. Alat musik ini terdiri dari kecapi ricik, dipadukan dengan suling, rebab, dan kacapi indung. Dibarengi oleh penyanyi dengan berbahasa Sunda, bernyanyi dengan cengkok mirip Sinden. Bila didengar selintas, kecapi ini mirip lho dengan kecapi tradisional khas China.
Seni cianjuran awalnya hanya menyanyikan seni Pantun yang dilagukan. Lirik diambil dari kisah pantun Mundinglaya Dikusumah. Terdengarnya sih seperti gampang, tapi coba deh. Di Sunda itu sendiri, biasanya Cianjuran digunakan di perayaan pernikahan, khitanan, hiburan dan upacara adat. Bagaimana? Mau coba seni musik Cianjuran?

Berikut adalah kesenian khas sunda yang bisa saya jelaskan , TERIMAKSAIH :)

Categories

Popular Posts